Laman

Minggu, 18 Desember 2011

Peribahasa Penuh Makna

Peribahasa merupakan ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu, bidal, pepatah. Beberapa diantaranya merupakan perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena didahului perkataan “bak”, “laksana”, “bagai”, “umpama”, dan sebagainya. Kebanyakan peribahasa berisikan sindiran secara halus ataupun pepatah yang mengandung hikmah nasehat. Berikut ini adalah beberapa peribahasa beserta artinya.

(A)

Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.

Perilaku seorang anak, biasanya mencontoh dari orang tuanya.

Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam

Tidak enak makan dan minum, sebab arti sangat terganggu.

Adakah dari telaga yang jernih, mengalir air yang keruh?

Orang-orang yang baik biasanya mengeluarkan kata-kata yang baik juga.

Air susu dibalas dengan air tuba.

Suatu kebaikan ternyata dibalas suatu keburukan.

Ayam bertelur di atas padi kelaparan, itik berenang di air kehausan.

Orang yang tinggal di negeri yang kaya, kalau tidak pandai berusaha akan tetap melarat.

Ayam bertelur sebutir pecah kabarnya ke seluruh negeri, penyu bertelur beribu-ribu seorangpun tiada tahu.

Bila orang kecil mendapat untung sedikit, sekampung tahu, tapi bila orang kaya memperoleh untung besar, seorangpun tiada yang tahu.

Ayam berkokok harikan siang.

Sudah ternyata, tanda pasti.

Anak badak dihambat-hambat.

Dengan sengaja mencari bahaya.

Asal berisi tembolok, senang hati.

Asal cukup sandang pangan, anak hatinya senang.

Anak dipangku, kemenakan dibimbing, orang sekampung dipertenggangkan.

Anak dan kemenakan dibela dan dipimpin ke jalan yang baik.

Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah.

Bila melaksanakan sesuatu pekerjaan dalam kampung dan negeri, hendaknya berendi kepada adat dan agama.

Adat lama, pusaka usang.

Adat dari dahulu kala yang tetap tiada berubah-ubah.

Air tenang, menghanyutkan.

Hal orang yang pendiam, tetapi berilmu, sebab itu janganlah dianggap enteng saja.

Air jernih ikannya jinak.

Negeri yang aman tenteram sentosa dan penduduknya ramah-ramah.

Air dicincang tiada putus.

Sanak saudara yang berbantah itu, tidak akan menjadikan perceraian.

Air beriak, tanda tak dalam.

Orang yang banyak bualnya, biasanya pembohong tiada berilmu.

Awak yang tidak pandai menari dikatakan lantai yang terjungkat.

Tak tahu mengerjakan sesuatu pekerjaan, tetapi orang-orang lainlah yang disalahkan.

Awal dikenang, akhir tidak, alamat badan akan binasa.

Pada waktu muda hendaklah mengingat bekal untuk hari tua.

Anjing menyalak tiada menggigit.

Orang yang suka menggertak-gertak tidak akan sampai mendtngkan bahaya pada orang lain.

Asam di gunung, garam di laut, berjumpa dalam belanga.

Perihal dua orang yang tiada berkenalan dan berjuhan tempat, akhirnya bertemu menjadi suami istri.

Arang habis besi binasa.

Pekerjaan yang telah banyak menghabiskan tenaga dan biaya tetapi usaha itu tidak berhasil.

(B)

Belakang parangpun jika diasah akan tajam.

Orang yang bodohpun apabila rajin dan tekun belajar pasti akan pandai.

Bayang-bayang sepanjang badan.

Pengeluaran hendaklah disesuaikan dengan pendapatan.

Bertepuk sebelah tangan tiada akan berbunyi.

Suatu perbuatan, perjanjian itu tiada akan terlaksana bila hanya datang dari ebelah pihak saja.

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Berat ringan ditanggung bersama-sama.

Bulat air di pembuluh, bulat kata dimufakat.

Setelah berunding bersama-sama akhirnya jadi sepakat.

Barangsiapa yang berkotek, dialah yang bertelur.

Siapa yang menjawab sindiran orang, maka ialah yang membuat pekerjaan yang disindirkan tersebut.

Bermain air basah bermain api hangus.

Setiap orang akan menanggung akibat perbuatannya.

Binatang tahan malu, manusia tahan kias.

Mengajar manusia itu cukup dengan sindiran atau kias saja.

Berani karena benar, takut karena salah.

Orang yang benar berani, takut tentu salah.

Besar pasak daripada tiang.

Pengeluaran lebih besar dari penghasilan.

Berjenjang naik, bertangga turun.

Sesuatu pekerjaan hendaklah dikerjaan menurut peraturannya.

Bagai air di daun talas.

Pendirian yang selalu berubah-ubah.

Bagai hujan (air) jatuh ke pasir.

Memberi kepada seseorang yang tidak ada bekasnya.

Bagai punguk rindukan bulan.

Yang tidak mungkin dapat tercapai.

Bagai Belanda minta tanah.

Permintaan yang tidak habis-habisnya, karena lob dan tamak.

Bagai mengayuh biduk hilir.

Seseorang yang sangat gembira mengerjakan sesuatu pekerjan yang sangat mudah.

Bagai mendapat durian runtuh.

Mendapat keuntungan besar yang tidak disangka sama sekali.

Bagai kucing dibaakan lidi.

Seseorang yang sangat takut, karena berbuat kesalahan.

Bagai roda pedati, sekali ke atas, sekali ke bawah.

Kehidupan manusia tidak tetap, kadang-kadang kaya, kadang-kadang jatuh miskin.

Bagai aur dengan tebing.

Orang yang bersahabat karib, bertolong-tolongan dan tak dapat dipisahkan.

Bagai kacang direbus satu.

Anak muda yang tidak memiliki sopan-santun, duduk tegak dengan gelisah.

Bagai itik pulang petang.

Sangat lambat perjalanannya.

Berjalan peliharakan kaki, berbicara peliharakan lidah.

Harus diingat bahwa langkah yang salah dan perkataan yang jelek dapat mendatangkan kesusahan.

Baik berputih tulang daripada berputih mata.

Lebih baik mati daripada menanggung malu.

Bertanam tebu di bibir.

Seseorang yang manis tutur bahasanya karena hendak melakukan sesuatu tujuan tertentu.

Bersatu teguh, bercerai runtuh.

Kita kuat kalau bersatu, tetapi lemah kalau berpecah belah.

Berguru kepalang ajar, bagi bunga kembang tak jadi.

Segala pengetahuan yang tidak sempurna dipelajari, tidak akan mendatangkan manfaat.

(C)

Cacing hendak menjadi ular.

Orang yang hida dina dan miskin, meniru kelakuan orang yang mulia lagi kaya.

Cepat kaki ringan tangan.

Cekatan dan lekas mengerjakan sesuatu pekerjaan.

(D)

Dalam laut boleh diduga, dalam hati siapa tahu.

Tidak dapat kita ukur atau kita ketahui pikiran seseorang.

Dalam dua tengah tiga, telunjuk lurus kelingking berkait.

Seorang yang tidak jujur dan dapat dipercaya.

Datang tampak muka, pergi tampak punggung.

Datang dan prgi haruslah sama baiknya, dengan cara yang sopan dan tenggang rasa.

Dimana tiada rotan, akarpun berguna.

Bila dalam suatu negeri tak ada orang yang pandai, maka orang agak cerdik sangat terpandang.

Ditepuk air didulang, terpercik muka sendiri.

Bila diceritakan keaiban sendiri atau kecelakaan keluarganya, tentulah kita juga yang akan mendapat malu.

Disangka panas sampi petang, kiranya hujan tengah hari.

Disangka akan baik terus, tiba-tiba datng malapetaka.

Darah setampuk pinang, umur setahun jagung.

Seseorang yang masih muda dan bodoh, belum berpengalaman.

Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.

Daripada melihat sesuatu yang menyakitkan hati, lebih baik mati.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Di mana kita tinggal, hendaklah mengikuti adat-istiadatnya.

Disangka pulut, ditanak berderai.

Seperti orang pandai, ternyata orang bodoh.

(E)

Esa hilang dua terbilang.

Berbuat sesuatu dengan amat berani.

(G)

Guru makan berdiri, murid kencing berlari.

Contoh seorang guru yang jelek akan mudah dicontoh oleh muridnya, yang kemungkinan perbuatan murid tidak senonoh dan lebih berat dari kejelekan guru itu.

Garam di laut asam di gunung, bertemu dalam belanga.

Jodoh itu tidak mengindahkan bangsa, derajat dan kekayaan.

Gabak di hulu tanda akan hujan, cewang di langit tanda akan panas.

Ada tanda-tanda sesuatu yang akan terjadi, maka dari itu hendaklah kita berhati-hati.

Gajah bertengger di pelupuk mata tiada tampak, kuman di seberang lautan tampak.

Kesalahan orang yang sedikit tampak, tetapi kesalahan sendiri yang sangat besar, tiada kelihatan.

Gajah mati meninggalkan gading.

Orang besar atau orang baik kalau mati, selalu disebut juga kebaikannya.

(H)

Hidup segan mati tak mau, bagai kerakap di atas batu.

Orang yang hidupnya sangat menderita.

Hari pagi dibuang-buang, hari petang dikejar-kejar.

Akibat tak pandai membagi waktu, maka dalam melakukan suatu pekerjaan selalu tergesa-gesa.

Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang juga.

Budi uang baik tidak akan dilupakan orang.

Harimau mati meninggalkan belang.

Orang yang pandai apabila mati meninggalkan jasa.

Harimau menyembunyikan kuku.

Orang pandai berlaku seperti orang yang dungu.

Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan.

Mengharapkan untung besar yang belum tentu didapat, keuntungan sedikit yang telah ditangan disia-siakan.

Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai.

Barangsiapa ingin kaya hendaklah berhemat, dan teliti menabung, barangsiapa ingin pandai hendaklah rajin belajar.

Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri (namun lebih baik di negeri sendiri).

Walaupun mulia dan senangnya di perantauan, namun lebih terasa senang dan bahagia di daerahnya sendiri.

Hilang tak tentu rimbanya.

Hilang lenyap tanpa meninggalkan bekas.

(I)

Ibarat menghela rambut dalam tepung, rambut jangan putus, tepung jangan terserak.

Putusan yang adil dan bijaksana melegakan yang kalah maupun yang menang.

Ibarat ayam gadis bertelur.

Tidak tetap dalam mengerjakan pekerjaan.

Ibarat burung dalam sangkar, mata lepas badan terkurung.

Tidak kekurangan dalam makanan dan minuman tetapi tidak bebas.

Ingat sebelum kena, hemat sebelum habis.

Sebelum terlambat, hendaklah hati-hati dalam mengeluarkan uang agar jangan mendapat kesusahan kelak.

(J)

Jika kain panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga.

Pengetahuan yang sedikit, janganlah meniru orang pandai, supaya kita jangan dicemoohkan orang.

Jika takut dilembur pasang, jangan berumah ditepi pantai.

Bila tidak senang dengan kebisingan jangan tinggal di tempat ramai.

Jauh panggang dari api.

Pekerjaan masih lama akan selesai.

Jinak-jinak merpati.

Seorang wanita yang kelihatannya mau menurut keinginan seseorang, padahal kalau bersungguh-sungguh ia menjauh.

Jangan dibangunkan ular tidur.

Musuh yang sudah diam jangan dibangkitkan amarahnya.

(K)

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah.

Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tidak ada bandingnya dan lestari sepanjang masa, namun kadang-kadang kasih sayang anak kepada ibunya hanya sedikit.

Kalah jadi abu, menang jadi arang.

Dalam sesuatu perselisihan kalah atau menang sama saja, sebab kedua-duanya sama-sama rugi

Katak hendak menjadi lembu.

Seseorang yang hendak meniru perbuatanorang lain, yang dia sendiri tidak akan mampu.

Ke lurah sama menurun, ke bukit sama mendaki.

Anggota perkumpulan itu hendaklah seia sekata. Sama-sama susah dan sama-sama senang.

Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lain.

Tiap-tiap orang itu mempunyai kesenangan yang berbeda-beda.

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Karena kesalahan yang kecil, maka segala kebaikan yang banyak akan hilang.

(L)

Lempar batu sembunyi tangan.

Melakukan pekerjaan yang mengakibatkan keonaran kemudian berusaha menghilangkan jejak.

Atau, senang mengerjakan sesuatu, tetapi tidak mau bertanggungjawab.

Lunak gigi dari lidah.

Seseorang yang berkata manis dan merendah karena akan mempunyai tujuan permintaan.

Lidah tiada bertulang.

Amat mudah mengeluarkan celaan dan kritikan.

Lain padang, lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Tiap-tiap daerah berlainan adat-istiadatnya.

Licin bagai belut.

Belum pernah ditipu karena cerdik lagi waspada.

(M)

Manis bagai madu, pahit bagai empedu.

Kalau baik sangat baiknya, tetapi bila marah, sangat marahnya.

Malu-malu kucing.

Pura-pura malu.

Malu bertanya sesat di jalan.

janganlah kita malu-malu menanyakan sesuatu hal kepada orang lain agar kita tidak tersesat.

Membasuh arang di muka.

Menghapus rasa malu.

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.

Sudah takdir, tak dapat dihindarkan lagi.

Musuh dalam selimut.

Musuh yang berasal dari sanak saudara atau kawan sendiri.

Musuh jangan dicari-cari bertemu pantang dielakkan.

Permusuhan jangan dicari-cari, tetapi bila laan memancing-mancing juga, janganlah mundur.

Menangguk di air keruh.

Suka mencari keuntungan dalam keadaan yang kacau-balau.

Menjilat air liur.

Dahulu dicela, sekarang dipuji-puji lagi.

Masuk kandang kambing mengembek, masuk kandang kerbau menguak.

Di mana kita tinggal hendaklah mengikuti adat-istiadat setempat.

Masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri.

Tidak menuruti nasehat yang sudah diberikan.

Mempertinggi tempat jatuh.

Mencari alasan yang bukan-bukan untuk memperberat kesalahan.

Makan hati berulam jantung.

Amat bersusah hati akibat perbuatan orang lain.

Musang berbulu ayam.

Orang jahat berlaku seperti orang baik.

Membuang garam ke laut.

Memberi bantuan uang kepada orang yang kaya raya.

Meludah ke langit tertimpa muka sendiri juga.

Melawan orang yang berkuasa atau kaya, kita akan mendapat susah.

Membangkitkan batang terpendam.

Menimbulkan kembali nama baik atau keluarga atau negara yang tercela.

Mumbang jatuh kelapa jatuh.

Maut tidak memandang umur, baik tua atau muda dapat mati.

Mencabik baju di dada.

Membuka rahasia pribadi sendiri.

Menuhuk kawan seiring, menggunting dalam lipatan.

Mencelakakan teman sendiri dengan sembunyi-sembunyi atau khianat.

Menegakkan benang basah.

Mempertahankan sesuatu yang sebenarnya sulit dipertahankan.

Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.

Bila menceritakan cela kaum keluarga sendiri, tentu kita sendiri yang akan mendapat malu.

(N)

Nasib seperti ayam, mengais dahulu baru makan.

Seseorang yang miskin, bekerja keras dahulu untuk mendapatkan sesuap nasi.

Nasi dimakan rasa sekam, air diminum rasa duri.

Sangat berduka cita.

Nasi sudah menjadi bubur, tak dapat dikedang lagi.

Kesalahan yang amat disesalkan karena tak dapat diperbaiki.

(O)

Orang makan nangka, awak kena getahnya.

Seseorang yang mendapat kesusahan dalam suatu perkara, padahal ia tidak tahu dalam urusan itu.

Obat jerih pelerai demam.

Yang sangat disayangi.

(P)

Pagar makan tanaman.

Orang yang wajib memelihara tetapi malah merusaknya.

Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari.

Kebaikan yang banyak, hilang seketika akibat kesalahan yang fatal.

Pikir itu pelita hati.

Sebelum mengerjakan sesuatu pekerjaan, hendaklah dipikirkan dahulu baik buruknya dan langkah-langkahnya.

Pandai berminyak air.

Pandai mempergunakan sesuatu yang kurang berharga, tetapi hasilnya sangat memuaskan.

Pandang jauh dilayangkan, pandang dekat ditukikkan.

Sesuatu hal yang telah dipertimbangkan masak-masak.

Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.

Supaya tidak menyesal nantinya, maka pikirlah masak-masak sebelum dikerjakan.

Pucuk dicinta ulam tiba.

Mendapat sesuatu yang diperlukan.

(R)

Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya.

Bila ingin pandai, rajin-rajinlah belajar, bila ingin kaya, hemat dan berhati-hatilah.

Rezeki elang tak kan didapat oleh musang.

Rezeki seseorang tidak akan diserobot oleh orang lain.

Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.

seia sekata, susah senang sama-sama dirasakan.

Rugi menentang laba, jerih menentang boleh.

Biarlah bersusah payang, asal mendapatkan yang dicita-citakan.

Sekerat ular, sekerat belut.

Seseorang yang tak dapat dipercayai akibat pendiriannya tidak tetap.

Sekepal digunungkan, setitik dilautkan.

Pemberian seseorang walaupun sedikit hendaklah dijunjung tinggi.

Sehari selembar benang, lama-lama menjadi sehelai kain.

Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Selapik seketiduran, sebantal sekalang hulu.

Bersahabat karib.

Seperti mengadu ujung penjahit.

Perlawanan antara dua orang yang sama-sama cerdik, akibatnya tidak ada yang kalah.

Seperti duri dalam daging.

Selalu ingat perasaan yang kurang menyenangkan pikirannya.

Seperti cacing kepanasan.

Seseorang yng sangat gelisah sebab mendapat malu.

Seperti telur diujung tanduk.

Belum tetap dalam suatu pekerjaan, bila salah sedikit saja dapat diberhentikan.

Seperti abu di atas tunggul.

Seseorang yang tidak mempunyai kekuasaan dalam suatu pekerjaan, bila berbuat salah dapat diberhentikan.

Seperti air di daun talas.

Cepat hilang tak berbekas.

Seperti anak ayam kehilangan induk.

Kesatuan yang pecah-pecah karena ditinggalkanoleh pemimpinnya.

Seperti anjing dengan kucing.

Dua orang yang tak pernah akur.

Seperti pungguk rindukan bulan.

Seseorang yang merindukan sesuatu yang sulit diperolehnya.

Seperti pinang dibelah dua.

Dua orang yang mirip betul.

Seperti api dalam sekam.

Kekecewaan yang dipendam terus, lama-lama akan membahayakan.

Seperti bergantung di rambut sehelai.

Selalu cemas dan sangat tipis harapannya untuk mendapat pertolongan.

Seperti ilmu padi makin berisi, makin tunduk.

Makin tinggi ilmunya makin halus budi pekertinya.

Sepandai-pandai tupai melompat, sekali akan jatuh juga.

Sepandai-pandai orang, barang sekali tentu akan ada pekerjaan yang salah.

Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya.

Sekali ketahuan perbuatan yang tidak baik, seumur hidup orang tak mempercayai.

Setinggi-tinggi terbang bangau, hinggapnya ke kubangan juga.

Sejauh-jauh merantau, akhirnya besuk kembali ke kampungnya juga.

(T)

Tangan mencencang, bahu memikul.

Siapa yang membuat salah, harus menanggung akibatnya.

Tegak sama tinggi, duduk sama rendah.

Sama tinggi kedudukannya.

Tong kosong, nyaring bunyinya.

Orang yang besar omongnya itu, biasanya orang yang tidak berilmu.

Tertumpang di biduk tiris.

Sudah terlanjur mengikuti pekerjaan yang merugikan.

Telunjuk lurus, kelingking berkait.

Seseorang yang lahirnya kelihatan baik, tetapi sebenarnya jahat hatinya.

Tinggal kulit pembalut tulang.

Orang yang merana sehingga badannya kurus.

Tak ada gading yang tak retak.

Tak ada sesuatu pekerjaan yang sempurna.

Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.

Peraturan yang tak pernah berubah.

Tak air talang dipancung.

Untuk menyampaikan sesuatu maksud yang baik, tidak malu melakukan apa saja.

Tak emas bungkal di asah, tak kayu jejang dikeping.

Dikala memerlukan uang, diusahakan sedapat-dapatnya walaupun dengan jalan menjual barang, asal maksud tercapai.

Tiba diperut dikempiskan, tiba dimata dipicingkan.

Seseorang pemimpin yang tidak adil, bila keluarganya yang salah ia pura-pura tidak tahu, tetapi bila orang lain yang bersalah, terus mencelanya.

(U)

Ular berkepala dua.

Kadang-kadang memihak kawan, kadang-kadang memihak lawan.

(Y)

Yang merah saga, yang kurik kundi, yang indah bahasa, yang baik budi.

Walaupun cantik rupawan, tetapi bila tidak berbudi, tidak akan dihormati.

Yang pekak pelepas bedil, yang buta penghembus lesung, yang lumpuh penghalau ayam.

Keahlian tiap-tiap orang dapat dimanfaatkan berdasarkan keahliannya masing-masing.

(Z)

Zaman beralih, musim bertukar.

Sesuatu itu akan berubah, menurut kehendak zaman dan kodrat Tuhan.

Sumber: 1160 peribahasa indonesia

2 komentar:

  1. Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
    Saya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...





    BalasHapus
  2. Makin tinggi ilmu nya seorang makin halusbudi peker ti nya

    BalasHapus